• memaknai sesuatu yang ambigu sama ambigunya dengan membuat sebuah makna ambigu.

    Bogor banjir? no way!!


            Bogor, apa kata yang ada di pikiran kalian tentang Bogor? Hujan, kebun raya, talas, wisata alam, wisata kuliner, puncak, dan lain-lain. Bogor hampir setiap harinya diguyur hujan, tapi jarang mendengar berita tentang banjir di bogor bukan? Atau bahkan tidak pernah. Kalaupun banjir mungkin hanya di sebagian kecil wilayah saja. Ya, itu lah Bogor. Ada kebanggaan tersendiri tinggal di kota yang sejuk ini.. ya kadang memang suasananya juga sangat panas. Hal itu tidak bisa dipungkiri, apalagi setelah melihat lahan2 kosong yang tergantikan oleh bangunan2 “bernilai”. Tanda kutip pada kata bernilai tersebut maksudnya adalah bangunan2 yang digunakan untuk menambah pemasukan seseorang. Memang tidak bisa disalahkan semua bangunan karena kita juga membutuhkan beberapa bangunan tersebut pada saat2 tertentu, tetapi ironi ketika melihat lahan kosong yang digantikan oleh sebuah bangunan kemudian bangunan tersebut tidak terpakai sama sekali dan terbengkalai. 

           Saya melihat beberapa ruko yang dibangun di lahan kosong tidak laku atau sepi pengunjung, lalu untuk apa ruko tersebut dibuat? Bukankah lebih baik tanah itu dibiarkan kosong atau lebih baik lagi ditanami pepohonan. Setidaknya lahan kosong untuk penyerapan air hujan. Karena jika sudah dibangun sebuah bangunan dan bangunan itu tidak bermanfaat, ya buat apa? Mau bangunan itu dirobohkan pun tidak akan bermanfaat karena tidak bisa lagi berfungsi sebagai penyerapan air hujan. Kadang berpikir juga, gimana caranya biar bangunan yang gak berfungsi itu bisa dirobohkan dan dijadikan lahan kosong kembali yang bisa berfungsi seperti sebelumnya. 

            Ini bogor, kota hujan dan kota yang dikenal banyak wisata alamnya.. tolong jangan jadikan kota ini menjadi kota seperti Jakarta yang bangunannya di sana sini dan penuh polusi. Jika memang mau membangun sebuah bangunan, pikirkanlah bangunan yang memang benar2 berguna dan terpakai.. jangan sampai setelah membangun, bangunan tersebut malah jadi “pengotor” kota. Selain itu, coba pikirkan jika lahan kosong/kebun/padang rumput di kota ini semakin berkurang dan tergantikan oleh bangunan2.. kapasitas penyerapan air hujan pun juga akan semakin berkurang. Hal ini bisa meningkatkan peluang untuk terjadinya banjir, terlebih lagi masih sangat banyak orang yang buang sampah sembarangan. 
          
           Mengenai buang sampah sembarangan, saya ingin membahas sedikit tentang warga desa yang terpaksa membuang sampahnya di sungai. Kenapa terpaksa? Saya tinggal di suatu desa dan saya pernah tinggal di perumahan. Di perumahan selalu ada truk sampah yang lewat. Penduduk setempat tinggal membuang sampah di tempat sampah depan rumahnya dan truk tersebut akan mengangkut sampahnya di setiap rumah. Ketika saya tinggal di desa, tidaklah demikian. Tidak ada truk sampah yang lewat untuk mengangkut sampah di setiap rumah. Lantas mau dibuang kemana sampah2 yang sudah menumpuk di rumah mereka selain ke sungai? Desa jalanannya memang sempit jadi truk tidak mungkin masuk dan melewati setiap rumah, tapi apa tidak ada alternatif lain? Mungkin pemulung2 yang ada di kota ini bisa dipekerjakan dengan membawa gerobak sampah dan mengambil sampah setiap rumah di desa, daripada keliling ke sana kemari mencari sampah, bukankah dengan begitu lebih memudahkan mereka? Atau mungkin ada ide yang lebih baik dari itu?

    Berharap Bogor ini bisa tetap menjadi kota Bogor yang kelestarian alamnya tetap dijaga J

    0 komentar:

    Posting Komentar

     

    About Me

    Foto saya
    just a human :D sometimes i'm invisible...haha

    Follower