• memaknai sesuatu yang ambigu sama ambigunya dengan membuat sebuah makna ambigu.

    Mimpi dan otak


    Dalam tidur REM (suatu fase dalam tidur normal dengan bola mata bergerak cepat di balik kelopak mata yang tertutup), kita melakukan gerakan-gerakan secara mental, tapi tidak secara fisik. Biasanya, neuron-neuron di saraf tulang belakang yang mengirimkan pesan-pesan ke otot-otot tertutup. Ini membuat kita secara fisik tidak menggerakkan tubuh untuk merespon sinyal-sinyal dari batang otak, yang mengirimkan pesan-pesan ke otot-otot.

    Mengingat bahwa proporsi tidur REM dalam siklus tidur meningkat sepanjang periode mempelajari tugas-tugas baru secara sangat aktif, bermimpi dan belajar tampaknya berhubungan. Kita semua mungkin punya pengalaman melakukan beberapa tugas fisik berulang sepanjang hari, seperti mengetik, mengecat rumah, mengerjakan tugas, atau apapun yang anda kerjakan...dan kemudian bermimpi bahwa kita melakukan kegiatan yang sama malam harinya setelah kita tertidur. Mimpi itu mungkin berfungsi untuk menguatkan koneksi sel yang dibutuhkan untuk mengerjakan kegiatan tersebut dengan lebih lancar dan mudah pada masa mendatang, baik kita menginginkannya ataupun tidak.

    Kunci untuk memahami hakikat mimpi yang aneh, menurut banyak peneliti, ada pada dua perangkat neuron yang berbeda dalam batang otak primitif yang mengeluarkan dua jenis sinyal kimia yang berbeda. Satu perangkat mengeluarkan zat kimia “adrenergik” (bahan kimia yang berinteraksi dengan reseptor saraf adrenalin dan adrenalin-sensitif), yang membuat pikiran tetap waspada, perhatian, dan bebas dari bayangan-bayangan yang menyesatkan. Neuron-neuron ini aktif ketika kita terjaga, tetapi menutup ketika kita tidur. Perangkat yang lain mengeluarkan zat kimia “kolinergik” (yang berinteraksi dengan reseptor acethylcholine dan acethylcholine-sensitif). Zat-zat kimia ini merangsang pusat-pusat motor tubuh, pusat-pusat emosi, dan pusat-pusat pemrosesan-informasi. Sementara neuron-neuron kolinergik aktif pada siang hari, mereka menjadi semakin aktif saat kita tertidur, mengirimkan semburan impuls-impuls dari batang otak ke wilayah-wilayah otak yang lebih tinggi.

    Ketika pusat-pusat motor dirangsang, kita membayangkan segala macam gerakan yang akan kita lakukan secara fisik karena otak juga mengirimkan sinyal pada saraf tulang belakang yang melumpuhkan seluruh otot kita, kecuali di bagian mata. Itulah sebabnya kita (biasanya) tidak membicarakan sesuatu secara tuntas atau berlarian ke sana kemari saat bermimpi, dan periode mimpi dalam tidur dikaitkan dengan gerakan mata cepat (sehingga timbullah istilah “tidur REM” untuk fase ketika kita cenderung bermimpi). Rangsangan kimia kolinergik dari wilayah-wilayah emosi otak menyebabkan seringnya terjadi mimpi yang mencemaskan dan mimpi buruk, serta pengalaman-pengalaman mimpi yang biasa kita dapatkan yang berkaitan dengan erotisme, kemarahan, dan kegembiraan yang meningkat.

    Barangkali bagian yang paling membingungkan adalah stimulasi pusat-pusat pemrosesan informasi otak. Inilah yang penting bagi logika unik dan koherensi mimpi. Sebagian karena ditekannya bagian-bagian otak yang peka terhadap bahan kimia adrenergik, isi mimpi tampaknya bertolak belakang dengan jalur-jalur penalaran yang kita ikuti saat terjaga dan berfokus. Ketika batang otak mengeluarkan semburan zat-zat kimia kolinergik, pusat-pusat pemrosesan informasi kita yang terangsang berusaha untuk memaknai citra-citra yang dihasilkan, bebas dari belenggu konsentrasi yang terfokus.

    Ini pula sebabnya sebagian pemahaman kita yang paling kreatif muncul dalam mimpi. Para ilmuwan dan seniman begitu sering mendapatkan pemecahan bagi suatu masalah yang sulit ketika bermimpi. Bukan berarti bahwa kita lebih atau kurang “cerdas” saat bermimpi. Kecerdasan mimpi kita: lebih asosiatif, lebih intregatif, dan kurang linear.  Mimpi memberi kita gambaran sekilas tentang seperti apa dunia itu dilihat dari sudut pandang makhluk yang cerdas, tetapi tidak memiliki kesadaran diri. Mereka pun menunjukkan seperti apa dunia itu di mata orang gila. Sesungguhnya, beberapa penderita skizofrenia memiliki neuron kolinergik dalam jumlah yang berlebihan, yang mungkin merupakan penyebab timbulnya halusinasi yang khas dari penyakit mental.

    Nb: klo ada yang gak ngerti atau masih penasaran, silakan cari sendiri info lebih lanjutnya...hehe :p

    Sumber: buku “CARA BARU MENGASAH OTAK DENGAN ASYIK”

    3 komentar:

     

    About Me

    Foto saya
    just a human :D sometimes i'm invisible...haha

    Follower