• memaknai sesuatu yang ambigu sama ambigunya dengan membuat sebuah makna ambigu.

    Hamparan Sebuah Karpet *gajebo mode on*


    Sebuah karpet panjang terhampar di hadapanku. Menghadapkanku pada suatu pilihan. Karpet itu tak terlihat ujungnya olehku. Yang kulihat hanyalah jalan lurus tanpa liku. Aku masih berdiri di pangkal karpet itu, memikirkan apakah aku harus menelusuri karpet itu yang tak tahu dimana ujungnya ataukah meninggalkannya dan mengabaikan rasa penasaran ini. 

    Beberapa saat pilihan itu akhirnya jatuh untuk menelusuri karpet itu. Aku mulai melangkah satu per satu dengan sangat perlahan. Karena pikiranku sebenarnya masih ragu atas pilihan ini. Dengan perlahan kuterus melangkahkan kaki tanpa berhenti. Jalan karpet itu mulus tanpa hambatan apapun. Tapi aku tetap berjalan perlahan-lahan karena kekhawatiranku terhadap jalan ini. Sejenak aku ingin menoleh ke belakang dan berbalik badan menyusuri jalan yang telah kulewati. Tapi akhirnya itu tidak kulakukan karena aku berpikir pasti jalan yang berada di belakangku itu lebih jauh dari jalan yang berada di depanku saat ini. Aku juga penasaran apa yang ada di ujung jalan ini. Melangkah dan terus melangkah. 

    Aku melihat seberkas cahaya putih yang menyilaukanku meskipun cahaya itu masih terlihat sangat jauh di mataku. Semakin penasaran, aku lebih mempercepat langkahku. Tapi tidak terlalu cepat juga karena aku khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Walaupun aku mempercepat langkahku, ternyata waktu yang dibutuhkan masih cukup lama untuk mencapai ujung jalan ini. Beberapa lama…menit demi menit kurasakan keringat mulai mengalir di tubuhku. Energiku mulai terasa berkurang dan semakin berkurang. Letih dan ingin ku berhenti untuk beristirahat. Sejenak ku terdiam diri mengatur nafasku perlahan-lahan. 

    Kucoba menoleh ke arah belakang untuk melihat seberapa jauh jalanan yang telah kutempuh. Terkaget aku melihat karpet ini seperti menggulung dari arah belakang. Meskipun itu terlihat samar-samar, aku menghentikan peristirahatanku dan mulai melangkah lebih cepat dari sebelumnya. Aku khawatir karpet ini semakin mendekat padaku dan mengurungku dalam gulungannya. Meskipun akan membawaku ke ujung karpet ini tapi karpet ini sepertinya cukup kuat untuk menahan gulungannya sehingga tidak akan terhampar sembarangan. Semakin kupercepat, semakin mataku sulit untuk melihat ke depan karena cahaya putih itu semakin memancarkan sinarnya yang sangat terang. Kucoba untuk terus melawan silaunya sinar itu dan semakin mempercepat langkahku. Semakin banyak keringat yang membasahi tubuhku…lelah dan semakin lelah. Aku kembali melihat ke belakang sambil melangkah ke depan. Ternyata gulungan itu hanya berada sekitar satu meter di belakangku. Khawatir dan semakin khawatir, aku putuskan untuk berlari sangat cepat hingga dapat menjauhi gulungan itu. Tapi ternyata hal itu tidak berpengaruh banyak dan membuatku semakin bertambah lelah…lelah..dan lelah…sepertinya aku telah kehabisan tenaga untuk melangkah lagi. Kurasakan mataku semakin terpejam dan tubuhku seperti terhempas ke depan…seperti membentuk sebuah sudut yang akhirnya hanya berupa garis lurus. 

    Aku terjatuh dengan punggungku yang diatas dan dagu yang menyentuh lantai. Dalam sekejap tiba-tiba energiku kembali pulih dan utuh. Satu hembusan udara yang begitu sejuk seperti menghilangkan keringat yang telah mengalir deras di tubuhku. Aku coba tuk mengangkat wajahku dan menatap ke depan dengan perlahan. Ternyata sekumpulan orang membungkukan badannya dan mengulurkan tangannya mencoba untuk membantuku berdiri. Kuraih tangan mereka dan tubuhku kembali berdiri tegak. Sekumpulan orang itu memisahkan diri menjadi dua bagian hingga terlihat sebuah pemandangan yang sangat indah dan mempesona. Semua yang kuinginkan selama ini sekarang ada di depan mataku. Begitu dekat dan begitu nyata. 

    Kulihat ke belakang karena penasaran dengan karpet itu. Tapi tak ada satupun potongan kecil dari karpet itu…tak ada bekas apapun yang ditinggalkannya. Badanku berputar untuk melihat di sekelilingku apakah karpet itu benar-benar hilang. Ku temukan sosok seorang anak dan mencoba tuk menghampirinya, mencoba untuk bertanya tentang karpet itu. Setelah di hadapannya aku bertanya, kemudian ia hanya menjawab bahwa ia tidak pernah melihat ada gulungan karpet tapi ia hanya melihat karpet yang terhampar dan itu berada di depannya sekarang. Aku sedikit terkejut dan kemudian tersenyum sambil mengatakan sesuatu kepada anak itu: “Itu terserah padamu dik…kaulah yang akan memilih. Jika kamu memilih untuk menyusuri karpet itu, maka janganlah berhenti untuk terus menyusuri hingga sampai pada ujungnya…seberat apapun rintangannya, dan kamu akan terkejut dengan apa yang terjadi nanti.”

    0 komentar:

    Posting Komentar

     

    About Me

    Foto saya
    just a human :D sometimes i'm invisible...haha

    Follower